I have finished my Allegiant. And…. i’m nearly burst into tears π₯
Ah, rasanya susah buat hindarin spoiler di sini.
This is it. Buku terakhir dari trilogi Divergent : Allegiant. Buku pamungkas yang sukses bikin saya pingin misuh misuh ketika menutup lembar terakhir.
Oke… i’m sooo last decade. Hare gene baru mau review Allegiant?Β Kemana aja, ngana?
Saya menyelesaikan baca Allegiant sekitar satu minggu. Waktu yang lama ya? Ho oh. Bacanya pas di sela sela pulang kerja nunggu dijemput Mr. Muhandoko.
Jadi ceritanya, di akhir Insurgent, Tris berhasil membuka kotak yang berisi pesan dari Edith Prior, ‘sesepuh’ dari kota faksi. Yang bilang kalo di luar Chicago, para divergent sangat dibutuhkan. Kemudian, kota dikuasai oleh factionless yang dipimpin oleh Evelyn, menggantikan tirani Jeanine Matthews. Sistim faksi dihapus. Kota mencekam. Evelyn ternyata tidak lebih baik dari Jeanine. Pun dari Marcus.
Dan lahirlah Allegiant yang dipimpin Johanna, eks pimpinan Amity. Allegiant terpilih bertugas menyusup ke dunia luar. Menanggapi pesan dari Edith Prior.
Bisa ditebak kan siapa saja para Allegiant terpilih? Yep yep yep. Most of them are Dauntless.
Tris, Four (pastinya), Tori, Peter, Christina, Caleb, Cara, and Uriah.
Sadly, ada yang terbunuh. Every fight needs sacrifice. *aaahh…kenapa sih dia yang mati? kan sedih T.T *
Di dunia luar, mereka menemukan fakta mengejutkan. Juga tentang masa lalu orangtua Tris dan Caleb. Ternyata Chicago adalah…. ah baca sendiri aja deh…
Oke… mungkin di luar sana bertebaran review tentang “gemes” nya pembaca Veronica Roth pada buku ini. Sama, saya juga. Allegiant menggunakan dua sudut pandang. Tris dan Tobias. Yang mana ‘suaranya’ nyaris sama. Kadang kalo ngelanjutin bacaan nanggung, saya liatnya dari penggunaan he dan she dalam narasi. Kalau berkali-kali he disebut,berarti saya lagi menyelam dalam narasi Tris. Begitupun sebaliknya. Meski di awal udah dikasi clue siapa yang lagi bicara. Kadang saya lupa. Hahaha… awas ya nyet, kalo ada yang bilang saya mulai pikun π
Saya jadi tau, Four tenyata cemen, men! Jadi cowok labil banget. Lupakan betapa garangnya dia di Insurgent dan Divergent. Kali ini, duuuhh… duh akang Four… yaa mungkin karena dia merasa dibuang oleh ibunya sendiri. Dianiya oleh bapaknya sendiri. Dan dia menemukan kenyataan bahwa dia ternyata berbeda dari Tris. *puk puk Four… sini pelukan sama saya aja…eehhh π
Tapi, saya jadi bisa ikut ngerasain betapa besarnya rasa cinta Four pada Tris. Begitupun sebaliknya.
Soal sibling, well… Caleb dan Tris memang saling menyayangi. Pada akhirnya, slogan faction before blood terpatahkan.
When I look at him, I see the boy who held my hand in the hospital when our mother broke her wrist and told me it would be all right. I see the brother who told me to make my own choices, the night before Choosing Ceremony.
“Caleb,” I say,” I love you.”
His eyes gleam with tears as he says. ” I love you, too, Beatrice.”“If I don’t survive,” I say,” Tell Tobias I didn’t want to leave him.”
Meweekk… π¦ Sebenarnya, saya pengen Tris dan Caleb lebih bisa mengungkapkan kalau mereka saling sayang sebagai sodara. Tapi yaa…
Dan Peter…. hei Peter! Saya jadi suka sama Peter sejak di Insurgent. Ah, sayang… porsi dia di bagian ending gak begitu banyak. Peter sih emang yaaa…susah ditebak. Perpaduan antara pengen ngejitak sama pengen pukpuk karena rasa rasanya dia gak punya temen. Etapi, sepertinya dia lebih sering sama Caleb sih daripada sama temen lain.
And…Eric! Eric was my worst nightmare. Dan jelas donk, di buku ini Eric gak bakalan muncul. Tapi, saya suka sama aktingnya Eric lho…. kejem kejem ngegemesin gimanaa gituu… *apaan cobaaa π
Did I say too many spoiler here? Well, I’m really sorry.
Jika kalian penggemar Divergent sejati, meski udah ngintip spoiler dimana mana, sensasi mencicipi bukunya sendiri jauh lebih menggoda.
Abnegation, Amity, Candor, Erudite, or Dauntless?Β If I’m in into the city on the day they held the Choosing Ceremony, which one do I choose?
Amity, perhaps? Karena saya cinta damai. Hohoho π
So, what’s yours?